Sabtu, 22 Desember 2018

MAKALA KONSEP DASAR PEMBELAJARAN

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN
RIZKI  AMELIA dan ISRAFIL
rizkyamelia113@gmail.com dan israfilsubuhi@gmail.com



Abstrak  :Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang sangat strategis dan signifikan dalam pembentukan akhlak dan pribadi siswa. Pendidikan Agama Islam (PAI) secara umum dapat dipahami sebagai upaya untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama islam sehingga menjadi pribadi muslim yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Belajar merupakan suatu proses. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi antara pendidik dengan peserta didik. Satu kesatuan dari proses komunikasi belajar mengajar yang bertumpu pada tujuan pendidikan di sekolah adalah media pembelajaran. Peranan media pembelajaran pun menjadi penting karena memiliki nilai praktis dan fungsi yang besar dalam pelaksanaan pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran.
Kata Kunci : Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam
Pendahuluan
          Di era globalisasi yang serba modern menuntut setiap negara untuk menghasilkan sumber daya manusia dengan kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat berpengaruh untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan  zaman. Namun, mendidik anak sejak dini hingga menjadi individu yang berkualitas, dan mempertahankan kualitas tersebut bukan hal yang mudah. Perlu proses yang panjang untuk membentuk individu yang mampu mengikuti alur era globalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu individu harus melakukan suatu proses yang disebut belajar.
            Dalam pendidikan, belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika tidak ada belajar maka tidak akan ada pendidikan. Dan didalam pendidikan akan terjadi suatu pembelajaran yang akan membentuk individu yang berkualitas.
            Belajar merupakan suatu proses. Sebagai guru/calon guru, terkadang kita lupa akan hal tersebut sehingga bisa saja kita terlalu memaksakan pada anak didik kita. Apalagi, guru-guru yang sebelumnya tidak memiliki basis pendidikan keguruan. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi antara pendidik dengan peserta didik. Satu kesatuan dari proses komunikasi belajar mengajar yang bertumpu pada tujuan pendidikan di sekolah adalah media pembelajaran. Peranan media pembelajaran pun menjadi penting karena memiliki nilai praktis dan fungsi yang besar dalam pelaksanaan pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran.
Rumusan Masalah
1.    Bagaimana hakekat belajar ?
2.    Bagaimana hakekat pembelajaran ?
3.    Apa landasan konsep pembelajaran ?
4.    Bagaimana motivasi proses pembelajaran ?
Pembahasan
Hakekat Belajar
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi melakukan sesuatu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.[1]
Belajar adalah Suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah-laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.[2] Sedangkan Winkel menyatakan belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif antara subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap yang bersikap konstan atau tetap. Perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru yang segera tampak dalam perilaku yang nyata atau tersembunyi.[3]
Menurut Darsono belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.[4] Senada pendapat tersebut Skinner (1958) juga memberikan defenisi belajar yaitu suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progesif.[5] Cronbach berpendapat belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami melalui panca indra.[6]
Berdasarkan hal-hal pokok dalam belajar, terdapat adanya ciri-ciri belajar diantaranya adalah: 1) perubahan yang terjadi secara sadar. Ini berarti bahwa individu yang belajar, akan menyadari terjadi perubahan atau sekurang-kurangnya perubahan dalam dirinya, 2) perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus-menerus tidak statis. 3) perubahan dalam belajar bersifat aktif. Berubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha sendiri. 4) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Ini berarti perubahan tingkah laku itu terjadi karena tujuan yang dicapai perbuatan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang disadari. 5) Perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah-laku.
Belajar dalam Pandangan Islam
Secara psikologis manusia adalah makhluk Allah yang sangat sugestibel, yaitu mudah kena pengaruh rangsangan lingkungan yang dating kepadanya, terutama rangsangan lingkungan social, baik secara individual maupun kelompok, melalui pergaulan manusia saling mempengaruhi tingkah laku masing-masing termasuk cara berpikir, bertingkah laku, sikap dan sebagainya.[7] Hubungan dengan orang lain inilah manusia dengan sendirinya baik disengaja atau tidak disengaja mengadakan pembelajaran terkait dengan dirinya.
Di lingkungan rumah tangga anak adalah anggota keluarga, pengaruh kedua orang tua sangan dominan pada dirinya terutama pengaruh dari pihak ibunya. Berbagai penampilan tingkah laku yang sengaja ditampilkan oleh seorang ayah dan ibu secara tidak disadari anak telah diinternalisasikannya ke dalam dirinya, bahkan kadangkala telah menjadi bagian dari dirinya.
Setelah fisik anak bertambah besar dan umurnya pun telah berkembang, ia mulai meluaskan pandangan dan wawasannya ke lingkungan yang luas seperti teman tetangganya. Di lingkungan masyarakat ini ia mulai melihat dan mendengar  baik tingkah laku atau ucapan yang belum pernah di dengarnya di lngkungan ini sudah mulai terkena polusi atau rangsangan yang cenderung merusak pendidikan yang telah diletakkan oleh kedua orang tuanya, tetapi orang tu waspada dengan lingkungan yang bis merusak pendidikan yang telah diletakkannya.
Kebiasaan masyarakat muslim Indonesia memasukkan anaknya ke sekolah dasar pada umur tujuh tahun. Mulai saat itu anak memasuki lingkungan social yang lebih luas dan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya atau dengan teman-teman yang lebih tua seperti kakak kelasnya. Di lingkungan formal ini di awasi oleh para pendidiknya yaitu orang-orang yang professional dalam bidangnya. Bentuk-bentuk tingkah laku, cara berpikir, perasaan sikap social cara mereaksinya telah diprogamkan oleh gurunya melalui proses pembelajaran.  
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
Teori Belajar
Teori Belajar Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans.
Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Ciri-Ciri Teori Behaviorisme adalah sebagai berikut :
1)        Mementingkan faktor lingkungan.
2)        Menekankan pada faktor bagian.
3)        Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
4)        Sifatnya mekanis.
5)        Mementingkan masa lalu.
Ada tiga jenis teori Behaviorisme:
1)        Teori Belajar Respondent Conditioning
          Teori ini diperkenalkan oleh Pavlov, yang didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku atau tingkah laku merupakan respon yang dapat diamati dan diramalkan. Fisiolog Pavlov (1849-1936) mengkaji stimuli (rangsangan tak bersyarat) yang secara spontan memanggil respon. Melalui conditioning, stimuli netral (netral spontan) memancing refleks namun sengaja dibuat agar mampu memancing respon refleks. Bila satu stimuli menghasilkan respon, maka stimuli kedua yang tidak relevan dihadirkan serempak dengan stimuli pertama, dan akhirnya respon tadi muncul tanpa menghadirkan stimuli pertama.
2)        Teori Belajar Operant Conditioning
          B.F. Skinner sebagai tokoh teori belajar Operant Conditionioning berpendapat bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati., sedang perilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan. Teori Skinner (1954) sering disebut Operant Conditioning yang berunsur rangsangan atau stimuli, respon, dan konsekuensi. Stimuli (tanda/syarat) bertindak sebagai pemancing respon, sedangkan konsekuensi tanggapan dapat bersifat positif atau negatif namun keduanya memperkukuh atau memperkuat (reinforcement).
3)        Teori Observation Learning (Belajar Pengamatan) atau Socio-Cognitive Learning  (Belajar Sosio-Kognitif)
          Proses belajar yang bersangkut-paut dengan peniruan disebut dengan belajar observasi (observation learning). Albert Bandura (1969) menjelaskan bahwa belajar observasi merupakan sarana dasar untuk memperoleh perilaku baru atau mengubah pola perilaku yang sudah dikuasai. Belajar observasi biasa juga disebut belajar sosial (Sosial learning) karena yang menjadi obyek observasi pada umumya perilaku belajar orang lain.
          Albert Bandura (1969) mengartikan belajar sosial sebagai aktivitas meniru melalui pengamatan (observasi). Individu yang perilakunya ditiru menjadi model pebelajar yang meniru . istilah Modeling digunakan untuk menggambarkan proses belajar sosial. Model ini merujuk pada seseorang yang berperilaku sebagai stimuli bagi respon pebelajar.
          John W. Santrock (1981) menyebut pandangan Albert Bandura tentang teori belajar sebagai teori belajar sosial kognitif. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa meniru perilaku model melibatkan proses-proses psikologis yang sangat bersifat kognitif seperti perhatian (attention), ingatan (retention), kinerja motorik (motorik reproduction), kondisi penguatan dan insentif. Walter Mischel (1973) cenderung menggunakan instilah cognitive social-learning theory, karena di dalamnya terkandung harapan (expectancies), strategi memproses informasi dan memaknai stimuli secara pribadi, anutan nilai subyektif dilekatkan pada stimuli (subjective stimuli values).
Teori Belajar Kognitivisme
          Teori kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau cognitif  dalam aktivitas belajar.
1)          Teori Perkembangan Kognitif
          Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget, yang memandang individu sebagai struktur kognitif, peta mental, skema, atau jaringan konsep guna memahami dan menanggapi pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.
2)         Teori Kognisi Sosial
          Teori ini dikembangkan oleh L.S. Vygotsky, yang didasari oleh pemikiran bahwa budaya berperan pening dalam belajar seseorang.
3)           Teori Pemrosesan Informasi
          Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf sistem informasi yaitu sensory atau intake register, working memory, long-term memory.
Teori Belajar Konstruktivisme
            Konsep dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Pembelajaran konstuktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.
a.         Teori Belajar Humanisme
          Menurut teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanisme lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, daripada bidang kajian psikologi belajar.[8]
Hakekat Pembelajaran
Pembelajaran adalah usaha untuk mencapai tujuan berupa kemampuan tertentuatau pembelajaran adalah usaha untuk terciptanya situasi belajar sehingga yang belajar memperoleh atau meningkatkan kemampuannya.[9]
Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu. Pembelajaran di sekolah semakin berkembang, dari pengajaran yang bersifat tradisional sampai pembelajaran dengan sistem modern. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan mengajar (pengajaran) yang mengabaikan kegiatan belajar, yaitu sekedar menyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi dan dilaksanakan dengan pola-pola pembelajaran yang bervariasi.[10]
Tujuan pembelajar pada hakekatnya adalah rumusan tentang perilaku hasil belajar (kognitif, psikomotor, dan afektif) yang diharapkan untuk dimiliki (dikuasai) oleh si pelajar setelah si pelajar mengalami proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.
Tujuan belajar penting bagi siswa dan guru. Dalam desain instrusional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dapat dilakukan siswa. Dari segi guru, guru memberikan informasi tentang sasaran belajar. Bagi siswa, sasaran belajar tersebut merupakan tujuan belajar “sementara”. Dengan belajar, maka kemempuan siswa meningkat. Menigkatnya kemempuan mendorong siswa untuk mencapai tujuan belajar yang baru. Bila semua siswa menerima sasaran belajar dari guru, maka makin lama siswa membuat tujuan belajar sendiri (Mudjiono, 2002: 22-25).[11]
Peran guru dalam pembelajaran lebih dari sekedar sebagai pengajar (informator) belaka, akan tetapi guru harus memiliki multi peran dalam pembelajaran. Dan agar pola pembelajaran yang diterapkan juga dapat bervariasi, maka bahan pembelajarannya harus dipersiapkan secara bervariasi juga.
Menurut Adams dan Dickey (dalam Oemar Hamalik, 2005), peran guru sesungguhya sangat luas, meliputi :
1.        Guru sebagai pengajar (teacher as instructor)
2.        Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor)
3.        Guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist)
4.        Guru sebagai pribadi (teacher as person)
Bahkan dalam arti luas, dimana sekolah berubah fungsi menjadi penghubung antara ilmu/teknologi dengan masyarakat, dan sekolah lebih aktif ikut pembangunan, maka peran guru menjadi lebih luas. Dalam kaitannya dengan aktivitas belajar sebagai proses mental dan emosional siswa dalam mencapai kemajuan, maka guru hendaknya berperan dalam memfasilitasi agar terjadi proses mental emosional siswa tersebut sehingga dapat dicapai kemajuan tersebut. Guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktivitas belajar dengan cara memotivasi siswa (motivator), memfasilitasi belajar (fasilitator), mengorganisasi kelas (organisator), mengembangkan bahan pembelajaran (developer, desainer), menilai program proses hasil pembelajaran (evaluator), memonitor aktivitas siswa (monitor), dan sebagainya.[12]
Landasan Konsep Pembelajaran
Filsafat
Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakikidalam membentuk dan menyempurnakan kepribadian manusiadengan berbagai tuntutan dalam kehidupannya. Secara filosofisbelajar berarti mengingatkan kembali pada manusia mengenaimakna hidup yang bisa dilalui melalui proses meniru, memahami, mengamati, merasakan, mengkaji, melakukan, dan meyakini akan segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya memberikan kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia.
Belajar diperlukan oleh individu manusia akan tetapi belajar juga harus dipahami sebagai sesuatu kegiatan dalam mencari danmembuktikan kebenaran. Harapan para filosofis bahwa dengan belajar maka segala kebenaran di alam semesta ini ada yangmenciptakan. Dengan demikian filsafat apapun yang telah menjadihasil pikir manusia maka kaitannya dengan belajar ibarat siklus bahwa dengan filsafat manusia bisa mempelajari (belajar) tentang segala sesuatu, dan sebaliknya dengan aktivitas belajar maka pemikiran-pemikiran tentang belajar terus berkembang dan banyakditemukan sehingga membawa pada warna inovasi ide dan pemikiran manusia sepanjang zaman.
Psikologi
Perilaku manusia bisa berubah karena belajar, akan tetapi apakahmanusia itu memahami perilakunya sendiri, atau menyadari diaharus berperilaku seperti apa jika berada, atau dihadapkan dalamsituasi dan kondisi yang berbeda. Maka perilaku yang masih dicariinilah dapat dikaitkan dengan kajian dari ilmu psikologi. Psikologisebagai ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnyamempelajari produk dari gejala kejiwaan ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan dalam proses belajar.  
Sosiologis
Manusia adalah mahkluk individu dan sosial. Melalui belajar, individu bisa mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan mampu membangun masyarakat samapi dengan negara dan bangsa. Jika dalam belajar tanpa arah tujuan makna hidup manusia sebagai mahkluk sosial, maka belajar akan dijadikan cara untuk saling menguasai, memusnahkan, karena segala sesuatu yang dipelajari, diketahui, dipahami melalui belajar tidak digunakan dalam menciptakan kondisi kedamaian dunia. Landasan sosiologis yang banyak terimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistik. Maka pemahaman akan belajar yang ditinjau dari aspek sosiologis inilah yang sangat dibutuhkan dewasa ini.
Komunikasi
Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu memberikan pemaknaan terhadap yang lainnya. Dalam praktiknya proses belajar atau pembelajaran akan menghasilkan suatu kondisi dimana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dengan siswa atau interaksi yang kompleks sekalipun pasti akan ditemukan suatu proses komunikasi.
Teknologi
Pembelajaran erat kaitannya dengan penggunaan teknologi pendidikan, pembelajaran yang komprehensif harus memerhatikan perbedaan interest siswa, dimana siswa ada yang tipe auditif, visual, dan kinestetik. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran akan menjembatani keempat minat siswa tersebut, sehingga pembelajaran lebih akomodatif dan menyenangkan, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pembelajaran.[13]
Pembelajaran (Instruction)) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuha aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem. sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan.
Demikian halnya juga dengan teaching system, di mana komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan. Kenyataan  bahwa  dalam  proses  pembelajaran  terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Ketiga katagori kegiatan dalam proses pembelajaran ini berkait erat dengan aplikasi dan konsep sistem informasi manajemen.
Meier (2002: 103 ) mengemukakan bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (Practice), penampilan hasil (performance).
a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Persiapan pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat.
b. Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk memepertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus utama.
c. Latihan (Practice)
Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengarruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap  inilah  pembelajaran  yang  sebenarnya  berlangsung. Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh instruktur atau pendidik.
d. Penampilan Hasil (Performance)
Belajar  adalah  proses  mengubah  pengalaman  menjadi pengetahuan,  pengetahuan  menjadi  pemahaman,  pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan.  Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu memastikan  bahwa  orang  melaksanakan  pengetahuan  dan keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri, organisasi dan klien organisasi.[14]
Hasil Belajar dari Pembelajaran
Hasil Belajar
Sebagaimana dikemukakan oleh UNESCO ada empat pilar hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh pendidikan, yaitu : learning to now, learning to be, learning to live together, and learning to do. Bloom (1956) menyebutkannya dengan tiga ranah hasil belajar, yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan empat tingkatan, yaitu 1) Pengetahuan, 2) Pemahaman, 3) Pengertian, 4) Aplikasi, 5) Analisis, 6) Sintesis, dan 7) Evaluasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasrnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yang bersifat pemecah masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.
Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berada diluar diri siswa. Yang tergolong faktor internal adalah :
a.         Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang dipengaruhidengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.
b.        Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang meliputi :
1)   Faktor intelektual terdiri atas :
a.    Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat
b.    Faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi
2)   Faktor non-intelektualyaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.
c.         Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.
Yang tergolong faktor eksternal ialah :
1)        Faktor sosial yang terdiri atas :
a)        Faktor lingkungan keluarga.
b)        Faktor lingkungan sekolah.
c)        Faktor lingkungan masyarakat.
d)       Faktor kelompok.
2)        Faktor budaya seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya.
3)        Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya.
4)        Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
            Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam memengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang. Karena adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi, inteligensi, dan kecemasan.

Motivasi menuju hasil proses pembelajaran
Pengaruh motivasi disini adalah motivasi baik intern maupum ekstern terhadap hasil belajar yang dimaksud. Menurut Hilgrard, motif merupakan tenaga penggerak yang memengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu perilaku. Sedangkan McClelland (1953) yang dikutip oleh Max Darsono, menyatakan bahwa motif adalah suatu “energizer” (sumber tenaga, penggerak) suatu konsep yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas organisme. Motif umumnya dipandang suatu di posisi pribadi, artinya bersifat potensial.
Menurut jenisnya, motif dibedakan menjadi motif primer dan motif skunder dimana untuk membedakan motif tersebut sebagai berikut :
a)        Motif primer (primary motive) atau motif dasar (basic motive) menunjukkan kepada motif yang tidak dipelajari (unlearned motive) yang sering juga digunakan istilah dorongan (drive)
b)        Motif sekunder (secondary motives) menunjjukkan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement).[15]
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas tadi kami ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Betapa pentingnya kita mempelajari ilmu teori belajar dan pembelajaran pai yang mana kosep konsep cara belajar dengan baik, ada cara belajar konsepnya, hakikatnya, landasannya, prosesnya, hasil belajar. Sehingga para pelajar terdidik dengan baik dengan adanya belajar teori yang seperti ini.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan  lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
Daftar Pustaka
Budiman, Nasir, Pendidikan dalam Perspektif al-Quran. (Jakarta: Madani Press, 2001).
Darsono, Belajar dan Pembelajaran UNNES. (Semarang:  PT.Delta Pamungkas, 2002).
http://henpedia.blogspot.com-hakikat-belajar-dan-pembelajaran.html, diakses pada 07 Oktober 2018.Slameto.1998 .Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. (Jakarta : Rineka Cipta).
http://tikamarlena.blogspot.com/2016/01/hakekat-belajar-dan-pembelajaran.html. diakses pada, 04 Oktober 2018Walgito, Bimo, Pengantar  psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2004).
Jamaludin, M.Pd, Acep Komarudin, M.Ag, dan Kokom Khoemarudin, M.Pd.I, Pembelajaran Perspektif Islam (Bandung : Rosda Karya 2015).
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004).
Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Rajawali Press, 2016).
Ws, Winkel, , Bimbingan dan Konseling di institute Pendidikan , (Yogyakarta: Media abadi, 2004).



[2] Slameto.1998 .Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. (Jakarta : Rineka Cipta), hlm. 2
[3] Winkel, ws, Bimbingan dan Konseling di institute Pendidikan , (Yogyakarta: Media abadi, 2004),  hlm. 15
[4] Darsono, Belajar dan Pembelajaran UNNES. (Semarang:  PT.Delta Pamungkas, 2002),  hlm.24
[5] Bimo Walgito, Pengantar  psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2004), hlm.166
[6] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 231.
[7] Nasir Budiman, Pendidikan dalam Perspektif al-Quran. (Jakarta: Madani Press, 2001). hlm. 58
[9] Jamaludin, M.Pd, Acep Komarudin, M.Ag, dan Kokom Khoemarudin, M.Pd.I, Pembelajaran Perspektif Islam (Bandung : Rosda Karya 2015), hlm. 30.
[10] Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Rajawali Press, 2016). Hlm, 128.
[12] Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Rajawali Press, 2016). Hlm, 130.
[13] Ibid., 132.
[15] Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Rajawali Press, 2016). Hlm, 142.

MAKALA KONSEP DASAR PEMBELAJARAN

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN RIZKI  AMELIA dan ISRAFIL rizkyamelia113@gmail.com dan israfilsubuhi@gmail.com Abstrak   : Pendidikan ...